Apa yang dimuat di Majalah PDGI terbitan tahun 1982 tersebut mengambarkan bahwa dokter gigi spesialis masih dalam wacana, jangankan orang luar, di kalangan dokter gigi saja masih menimbulkan pro dan kontra.
Pada masa itu walaupun belum ada spesialis, telah ada
"ahli" sehingga di kepengurusan PB PDGI ada yang namanya Majelis
Dokter Gigi Ahli (MDGA) . Untuk menjadi ahli tidak perlu bersekolah formal,
cukup mengikuti pendidikan berkelanjutan yang menunjang keahlian tersebut,
kemudian bila sudah cukup minta dikukuhkan untuk menjadi ahli kepada MDGA di
Kongres PDGI.
Pelopor pendidikan formal untuk menjadi ahli adalah bedah mulut
di Universitas Padjadjaran yang membuka Studi Lanjutan Oral Surgery (SLOS).
Tidak jelas kapan SLOS mulai dibuka, tetapi diperkirakan tahun 1970 seiring
kembalinya tujuh orang staf dosen bedah mulut Unpad dari pendidikan di Jepang.
Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis sendiri secara resmi
baru dimulai pada tahun 1984. Pemerintah melalui SK Dirjen Dikti No.
141/Dikti/Kep/1984 menun-juk Universitas Indonesia, Universitas Padjadjaran,
Universitas Gadjah Mada, dan Universitas Airlangga untuk menyelenggarakan
Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis I.
Saat ini di seluruh Indonesia Program Pendidikan Dokter Gigi
Spesilais telah diselenggarakan di tujuh perguruan tinggi, dan peminatnya cukup
banyak.
Bila dahulu mereka yang sekolah karena ditugaskan kantorya, kini sebagian besar
adalah lulusan baru yang bahkan belum pernah
memiliki pengalaman bekerja. Melanjutkan sekolah memang telah menjadi
tren bagi orang Indonesia, apalagi di dunia kedokteran gigi, peningkatan
kompetensi tanpa melalui sekolah tidak akan mendapat pengakuan legal. Lalu
apakah setelah menjadi seorang spesialis, itu akan menjadi sesuatu yang
meningkatkan derajat kehidupan mereka? Itu persoalan lain, yang jelas sekolah
dokter gigi spesialis membutuhkan biaya, dan itu ternyata bukan biaya yang
sedikit.
Secara garis besar biaya sekolah dokter gigi spesialis terbagi
dua yaitu biaya masuk dan biaya semesteran. Biaya masuk dibayar hanya satu
kali, besarannya yang paling tidak jelas, dari Rp. 0 karena ada FKG yang tidak
mengutip uang masuk sampai Rp tak terhingga karena ada FKG yang membebaskan
calon mahasiswa untuk membayar berapapun di atas biaya minimal. Dari beberapa
residen yang dihubungi Dentamedia didapat informasi biaya masuk ini diatas 10
juta sampai ratusan juta, tak ada informasi akurat karena umumnya antar residen
tak terbuka soal ini.
Untuk biaya semesteran yang dibayarkan tiap 6 bulan, jumlahnya
bervariasi antara Rp. 8.500.000 sampai Rp. 45.000.000 tergantung program studi
yang dipilih serta di FKG mana pendidikan ditempuh.
Lalu berapakah total biaya yang harus dibayarkan sampai dengan
lulus dokter gigi spesialis? Silahkan dilihat pada tabel diatas. Biaya termahal
ada di sepesialis ortodotik kemudian disusul bedah mulut. Perlu Rp. 206.000.000
untuk sekolah termahal bedah mulut dan Rp. 188.500.000 untuk sekolah termahal
ortodontik. Sementara biaya total termurah sekolah spesialis adalah Rp.
55.000.000.
Perlu diinggat, biaya tersebut diatas belum termasuk biaya
lain-lain seperti biaya hidup, buku, peralatan, mengikuti seminar wajib,
penelitian, ujian akhir, serta biaya entertainment seperti makan-makan dan traktir-traktir
yang kerap menjadi budaya para residen.
Mahalkah biaya sekolah dokter gigi spesialis? Silahkan dinilai
sendiri, karena setiap kita tentu memiliki standar kemahalan yang berbeda.
Dentamedia
No 3 Vol 19 Apr-Jun 2015. Naskah: Kosterman Usri, Inna Sarah Adawiah, Nadia Faradiba, Messya Rachmani, Putu Ayu Pradya, Fathin Vania Rahmadian, Alfini Octavia, Fidya Mediatia Putri Foto: Hypepotamus.com
Posting Komentar untuk "BIAYA SEKOLAH DOKTER GIGI SPESIALIS"