Ternyata hanya 2,8 % penduduk
Indonesia usia tiga tahun ke atas yang menyikat gigi dua kali sehari, pagi dan
malam. Demikian salah satu hasil Riskesdas 2018 yang dipaparkan oleh
Kementerian Kesehatan pada acara Lauchnig Hasil Riskesdas pada tanggal 2
November 2018.
Provinsi dengan hasil terbaik
untuk kebiasaan menyikat gigi dua kali sehari adalah Sulawesi Selatan, sebanyak
8,8 % penduduknya yang telah menyikat gigi dua kali sehari, pagi dan malam. Sementara
provinsi dengan hasil terburuk adalah Jambi, hanya 1 % penduduknya yang menyikat
gigi dua kali sehari, pagi dan malam.
Selain mengosok gigi, fakta
lain yang terungkap dari hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 adalah bahwa
ternyata 56,7 % penduduk Indonesia mengaku mengalami masalah kesehatan gigi dan
mulut. Dari jumlah tersebut hanya 10,2 % yang menerima pelayanan dari tenaga
dokter gigi. Provinsi dengan penerima layanan dokter gigi terbanyak adalah
Yogyakarta sebesar 16,4 %, sedangkan provinsi dengan penduduk penerima layanan
dokter gigi terkecil adalah Jambi dengan cakupan hanya 5,1 %.
Mengenai masalah karies,
hasil Riskesdas mengungkapkan 67,3 % anak usia 5 tahun memiliki dmft >6. Ini
berarti masuk ke dalam katagori karies anak usia dini parah (severe early
childhood Caries / S-ECC). Sementara itu presentasi penduduk yang memiliki karies
berdasarkan kelompok usia adalah : 93 % usia 5-6, 65,5 % usia 12 tahun, 67,4 %
usia 15 tahun, 92,2 % usia 35-44, dan 95 % usia 65+.
Pada acara launching
tersebut, Menteri Kesehatan mengucapkan terima kasih untuk dokter gigi karena
khusus untuk data kesehatan gigi surveinya secara swadaya dikerjakan dan
dibiayai oleh dokter gigi sendiri. Menurut Pengurus Besar PDGI, tercatat 2132
dokter gigi yang terlibat dalam survei berstandar WHO ini. Lebih lanjut
dijelaskan bahwa hasil ini adalah hasil utama sementara karena banyaknya data
yang bisa dipaparkan, gigi hanya diberi jatah 3 slide untuk menjelaskan hasil
utama. Hasil riset lengkap masih dalam proses analisa, dan akan dibuatkan buku
laporan lengkap di akhir Desember.
Rikesdas 2018 dilaksanakan
oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan secara
terintegrasi dengan Susenas Maret 2018 dari Badan Pusat Statistik. Pengumpulan
data Riskesdas dilakukan pada 300.000 sampel rumah tangga (1,2 juta jiwa) telah
menghasilkan beragam data dan informasi yang memperlihatkan wajah kesehatan
Indonesia. Data dan informasi ini meliputi Status Gizi; Kesehatan Ibu;
Kesehatan Anak; Penyakit Menular; Penyakit Tidak Menular, Kesehatan Jiwa, dan
Kesehatan Gigi Mulut; Disabilitas dan Cidera; Kesehatan Lingkungan; Akses
Pelayanan Kesehatan; dan Pelayanan Kesehatan Tradisional.
Status Gizi
Riskesdas 2018 menunjukkan
adanya perbaikan status gizi pada balita di Indonesia. Proporsi status gizi
sangat pendek dan pendek turun dari 37,2% (Riskesdas 2013) menjadi 30,8%.
Demikian juga proporsi status gizi buruk dan gizi kurang turun dari 19,6%
(Riskesdas 2013) menjadi 17,7%.
Namun yang perlu menjadi
perhatian adalah adanya tren peningkatan proporsi obesitas pada orang dewasa
sejak tahun 2007 sebagai berikut 10,5% (Riskesdas 2007), 14,8% (Riskesdas 2013)
dan 21,8% (Riskesdas 2018).
Kesehatan
Ibu
Kesehatan ibu di Indonesia
juga membaik terlihat dari meningkatnya proporsi pemeriksaan kehamilan dari
95,2% (Riskesdas 2013) menjadi 96,1%, proporsi pemeriksaan kehamilan (k1 ideal)
dari 81,3% (Riskesdas 2013) menjadi 86%, proporsi pemeriksaan kehamilan (k4)
dari 70% (Riskesdas 2013) menjadi 74,1%, proporsi persalinan di fasilitas
kesehatan dari 66,7% (Riskesdas 2013) menjadi 79,3%.
Sama halnya dengan proporsi
pelayanan kunjungan nifas lengkap yang meningkat dari 32,1% (Riskesdas 2013)
menjadi 37%.
Kesehatan
Anak
Perlu menjadi perhatian
adalah data cakupan imunisasi dasar lengkap pada anak umur 12-23 bulan,
Riskesdas 2018 menunjukkan cakupan imunisasi sebesar 57,9%. Angka ini sedikit
menurun jika dibandingkan Riskesdas 2013 sebesar 59,2%.
Adapun proporsi berat badan
lahir <2500 22="" 6="" badan="" cm="" dan="" gram="" lahir="" panjang="" proporsi="" sebesar="" span="">2500>
Penyakit
Menular
Prevalensi penyakit menular
seperti ISPA, malaria dan diare pada balita mengalami penurunan jika
dibandingkan dengan hasil Riskesdas 2013. Prevalensi ISPA turun dari 13,8%
menjadi 4,4%, malaria turun dari 1,4% menjadi 0,4%, sama halnya dengan diare pada
balita juga turun dari 18,5% menjadi 12,3%.
Penting untuk diperhatikan
adalah prevalensi TB Paru berdasarkan diagnosis dokter tidak mengalami
pergeseran, yakni sebesar 0,4% dan prevalensi pneumonia yang naik dari 1,6%
menjadi 2%.
Penyakit Tidak Menular, Kesehatan Jiwa
Penyakit Tidak Menular, Kesehatan Jiwa
Riskesdas 2018 menunjukkan
prevalensi Penyakit Tidak Menular mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan
Riskesdas 2013, antara lain kanker, stroke, penyakit ginjal kronis, diabetes
melitus, dan hipertensi.
Prevalensi kanker naik dari
1,4% (Riskesdas 2013) menjadi 1,8%; prevalensi stroke naik dari 7% menjadi
10,9%; dan penyakit ginjal kronik naik dari 2% menjadi 3,8%. Berdasarkan
pemeriksaan gula darah, diabetes melitus naik dari 6,9% menjadi 8,5%; dan hasil
pengukuran tekanan darah, hipertensi naik dari 25,8% menjadi 34,1%.
Kenaikan prevalensi penyakit
tidak menular ini berhubungan dengan pola hidup, antara lain merokok, konsumsi
minuman beralkohol, aktivitas fisik, serta konsumsi buah dan sayur.
Sejak tahun 2013 prevalensi
merokok pada remaja (10-18 tahun) terus meningkat, yaitu 7,2% (Riskesdas 2013),
8,8% (Sirkesnas 2016) dan 9,1% (Riskesdas 2018). Data proporsi konsumsi minuman
beralkohol pun meningkat dari 3% menjadi 3,3%. Demikian juga proporsi aktivitas
fisik kurang juga naik dari 26,1% menjadi 33,5% dan 0,8% mengonsumsi minuman
beralkohol berlebihan. Hal lainnya adalah proporsi konsumsi buah dan sayur
kurang pada penduduk 5 tahun, masih sangat bermasalah yaitu sebesar 95,5%.
Peningkatan proporsi gangguan
jiwa pada data yang didapatkan Riskesdas 2018 cukup signifikan jika
dibandingkan dengan Riskesdas 2013, naik dari 1,7% menjadi 7%.
Disabilitas dan Cidera
Riskesdas 2018 menunjukkan
proporsi disabilitas pada umur 5-17 tahun sebesar 3,3% dan pada umur 18-59
tahun sebesar 22%. Pada umur 60 ke atas 2,6% mengalami disabilitas berat dan
ketergantungan total. Terjadi penurunan cidera yang terjadi dijalan raya yaitu
dari 42,8% (Riskesdas 2013) menjadi 31,4%.
Kesehatan
Lingkungan
Data kesehatan lingkungan
terlihat dari pemakaian air per hari dan pengelolaan sampah. Dibandingkan
dengan Riskesdas 2013, dirumah tangga pemakaian air < 20L per orang per hari
turun dari 5% menjadi 2,2%. Untuk pengelolaan sampah, rumah tangga yang
mengelola dengan membakar sebesar 49,5%.
Akses Pelayanan Kesehatan
Akses Pelayanan Kesehatan
Riskesdas 2018 menunjukkan
proporsi pengetahuan rumah tangga terhadap kemudahan akses ke rumah sakit
sebagai berikut; mudah 37,1%; sulit 36,9%; dan sangat sulit 26%. Analisis
dilihat dari jenis transportasi, waktu tempuh dan biaya.
Pelayanan
Kesehatan Tradisional
Pelayanan kesehatan
tradisional Riskesdas 2018 dilihat dari pemanfaatan taman obat keluarga (toga),
proporsinya sebesar 24,6%. Proporsi pemanfaatan pelayanan kesehatan tradisional
sedikit meningkat, dari 30,4% (Riskesdas 2013) menjadi 31,4%.
Data dan informasi hasil
Riskesdas 2018 diatas adalah indikator Riskesdas yang dilakukan Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Indikator yang dilakukan secara
terintegrasi dengan Susenas akan dirilis bersama dengan Badan Pusat Statistik. Data-data
ini bersifat deskriptif, sedangkan analisis lebih detil akan dilaporkan secara
khusus. Hasil Riskesdas ini dapat diakses melalui www.litbang.kemkes.go.id. *berita : kemenkes, iwan dewanto foto : iwan dewanto
Posting Komentar untuk "HANYA 2,8 % YANG MENYIKAT GIGI DUA KALI SEHARI"