Majalah Kedokteran Gigi Dental Journal yang diterbitkan oleh Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga menjadi jurnal kedoktertan gigi Indonesia pertama yang terindeks Scopus per 12 Februari 2022.
Bagi sejawat yang pekerjaannya
tidak bersinggungan dengan penelitian tentu tidak terlalu akrab dengan Scopus,
namun lain halnya dengan dokter gigi peneliti atau dosen yang sering disebut “mendewakan
Scopus”. Lalu apa sebenarnya Scopus itu?
Scopus sebenarnya adalah
pangkalan data yang mengumpulkan data artikel dari berbagai jurnal ilmiah
untuk mempermudah pencarian hasil penelitian, proses ini disebut sebagai
idexing. Pada masa lalu untuk mencari hasil penelitian, kita perlu pergi ke
perpustakaan, mencari jurnal terkait, kemudian membuka dan membacanya selintas satu
per satu. Hal inilah yang kini dipermudah dengan indexing, cukup dengan
mengetikan kata kunci maka artikel terkait akan muncul semua di layar komputer.
Banyak indexing
selain Scopus, yang paling familiar adalah Google Scholar. Cara pakainya serupa
dengan pencarian di google biasa, hanya yang akan tersaring adalah artikel dari
jurnal ilmiah. Selain itu ada indexing lain seperti WOS, Ebsco, ProQuest,
SpeingerLink, Wiley, Web of Science (WOS), Doaj, Doab, dan sebagainya. Namun di
Indonesia yang paling populer adalah Scopus karena persyaratannya ketat, tidak
sembarang jurnal bisa masuk ke indexing ini.
Scopus dimiliki oleh Penerbit Elsevier. Dikutip dari websitenya, sejarah Elsevier ternyata sudah dimulai pada tahun 1580 saat Louis Elzevier seorang Protestan yang lari dari dominasi Katolik menetap di Leiden Belanda mulai menerbitkan buku karya pemikir besar saat itu. Salah satu buku terkenal yang diterbitkannya adalah karya Galileo pada tahun 1638, logo Elsevier saat ini adalah cover dari buku Galileo tersebut. Sebelum akhirnya berhenti berproduksi di tahun 1721 ada 2.000-an volume dari 1.000-an judul buku yang telah diterbitkan; saat ini sebagian masih dapat dilihat di Kantor Elsevier Amsterdam. Tahun 1880. Elzevier dibangkitkan kemabali sebagai Penerbit Elsevier di Rotterdam Belanda oleh Jacobus Robbers beserta 3 orang rekan bisnisnya. Tahun 1947 jurnal pertama Elsevier "Biochimia et Biophysica Acta" diterbitkan. Pembuatan pangkalan data artikel ilmiah dimulai Elsevier pada tahun 1971 saat mengakuisisi penerbit abstrak medis "Excerpta Medica". 1991 dibuat Tulip Journals Browser cikal bakal ScienceDirect yang diluncurkan tahun 1997; disusul Scopus pada tahun 2004.
Selain sebagai indexing, scopus juga melakukan pemeringkatan
terhadap jurnal yang terbagi menjadi 4 kategori yakni Quartile 1 (Q1),
Quartile 2 (Q2), Quartile 3 (Q3), Quartile 4 (Q4); dimana Q1 adalah yang
terbaik. Pemeringkatan itu sendiri didasarkan pada seberapa banyak suatu jurnal
dikutip selama tiga tahun terakhir. Parameter jumlah kutipan rata-rata tersebut
disebut SJR (Scimago Journal Ranking) yang dapat dilihat dengan mengunjungi
website Scimago. Inilah yang saat ini dikejar oleh penerbit jurnal maupun
penulis jurnal di Indonesia, penerbit ingin jurnalnya terindeks Scopus dengan Q
terendah, sementara para penulispun demikian. [Berita : Kosterman Usri, Foto : Unair]
Posting Komentar untuk "AKHIRNYA ADA JURNAL KITA TERINDEKS SCOPUS"