Oleh : Donna Belinda – Mahasiswa Kedokteran Gigi di Jakarta.
Ketika melihat judul di atas, mungkin kebanyakan orang sudah bertanya-tanya di dalam hati, sebenarnya Indonesia masih kekurangan dokter gigi atau malah oversupply karena tingginya peminat program studi kedokteran gigi? Melalui tulisan ini, mari kita kupas satu per satu.
Dalam berita mengenai jumlah dokter gigi di Indonesia, ada berita yang membahas jumlah dokter gigi di Indonesia sudah banyak namun persebarannya yang tidak merata sehingga ada daerah yang masih kekurangan dokter gigi. Pemerintah sendiri sadar akan hal itu dan mengadakan program seperti dokter gigi Pegawai Tidak Tetap (PTT) dan Nusantara Sehat untuk menggaet dokter gigi agar mau bekerja di daerah terpencil dengan gaji relatif besar.
Selain itu, ada juga berita yang membahas jumlah dokter gigi di Indonesia masih kurang karena masih ada wilayah yang kekurangan dokter gigi. Menurut perbandingan WHO, idealnya satu dokter gigi melayani 7.500 penduduk, sedangkan di Indonesia satu dokter gigi melayani 9.000 penduduk. Berita ini muncul pada bulan Januari tahun 2020 dimana jumlah dokter gigi baik spesialis dan umum sebanyak 33.484 orang dengan jumlah penduduk sekitar 267 juta orang.
Januari 2021, diperkirakan penduduk Indonesia mencapai 271 juta. Berarti kira-kira dalam 1 tahun, kenaikan angka penduduk sebanyak 4 juta orang. Berdasarkan situs PDGI yang dikutip tanggal 22 Januari 2022, jumlah dokter gigi di Indonesia mencapai 37.710 untuk dokter gigi umumdan 4.728 untuk dokter gigi spesialis. Jumlah dokter gigi jika dibandingkan tahun 2020 dengan 2022 memiliki selisih sebanyak 4.226 dokter gigi. Jika dihitung secara kasar, tiap tahun bertambah sekitar 2.100 dokter gigi.
Melalui data yang ada, saya menyimpulkan bahwa Indonesia sendiri tidak kekurangan dokter gigi maupun kelebihan dokter gigi. Kenapa? Saya mempertimbangkan bahwa di masa depan, Indonesia akan memiliki teknologi seperti robot yang dapat membantu dokter gigi bahkan menggantikan kerja dokter gigi meski tidak secara keseluruhan, meski teknologi tersebut memerlukan waktu yang lama untuk dicapai. Di China pada tahun 2017, sebuah robot berhasil memasang implan gigi dalam mulut wanita tanpa bantuan dokter gigi sama sekali, namun tetap berada di bawah pengawasan doktergigi. Jadi, meski jumlah dokter gigi yang bertambah, perlu ingat bahwa jumlah penduduk juga tetap ikut bertambah.
Memang benar bahwa penyebarandokter gigi di Indonesia belum merata karena kebanyakan dokter gigi ingin bekerja di wilayah Jawa. Namun, program dokter gigi PTT dan Nusantara Sehat dari pemerintah untuk mendistribusikan dokter gigi ke daerah yang kekurangan dokter gigi juga terbatas jumlahnya. Hal ini karena dana program tersebut yang terbatas dan tidak semua dokter gigi berminat mengikuti program ini.
Kebijakan pembukaan program studi kedokteran gigi di daerah yang masih kekurangan dokter gigi mungkin dapat menjadi solusi. Hal ini karena dokter gigi disana bisa membantu masyarakat dan sambil mengajar, apalagi seperti daerah timur yang minim peminat dalam program Nusantara Sehat.
Selain itu, seperti yang dimuat dalam media sosial Persatuan Senat Mahasiswa Kedokteran Gigi Indonesia (PSMKGI), program internship juga menjadi salah satu solusi untuk mendistribusikan dokter gigi ke wilayah yang kekurangan dokter gigi.
Oleh karena itu, saya merasa jumlah dokter gigi di Indonesia tidak kekurangan maupun berlebihan karena banyak faktor yang mempengaruhi dan kekurangan maupun berlebihan ini sifatnya masih relatif. Untuk saat ini, semangat terus untuk tenaga kesehatan di Indonesia dalam menjalankan setiap tugas, kita pasti bisa.
[Opini ini dimuat di Dentamedia
Nomor 2 Volume 27 April-Juni 2023; Foto : Jawa Pos; Editor : Messya
Rachmani]
Posting Komentar untuk "Pro Kontra Jumlah Dokter Gigi di Indonesia"