Usai lebaran, di media sosial kalangan dokter gigi ramai beredar grafik yang berisi persentase residen depresi di rumah sakit vertikal. Total ada 54 slide yang beredar di media sosial dari bahan presentasi berjudul “Hasil Skrining Kesehatan Jiwa PPDS RS Vertikal Pendidikan” dengan logo Kemenkes RS Mohammad Hoesin. Kemudian yang bayak dipotong dan diedarkan di media sosial dokter gigi adalah slide halaman 18, disana ditampilkan presentasi residen dengan gejala depresi terbanyak.
Ada tiga prodi kedokteran gigi yang masuk dalam daftar tersebut, yang pertama PPDGS Penyakit mulut yang tak tanggung-tanggung berada di urutan pertama dengan 53,1% residen depresi, kemudian PPDGS Bedah Mulut di urutan ke-5 dengan 28,8 residen depresi, disusul PPDGS Prostodonsia di urutan ke-27 dengan 14,3 residen depresi.
Menjadi ramai di media sosial karena banyak yang tidak yakin dengan hasil skrining ini, apalagi PPDGS Penyakit Mulut yang berada di urutan pertamanya. Bagi mereka yang bergeluti di pendidikan spesialis kedokteran gigi tentu paham kesulitan tiap program studi dan memiliki bayangan tersendiri mana yang berpotensi menimbulkan depresi. Tapi inilah faktanya hasil srining yang telah dilakukan di rumah sakit vertikal milik mereka sendiri, jadi tidak mencakup rumah sakit pendidikan milik perguruan tinggi, pemerintah daerah, maupun swasta.
Pendidikan dokter dan dokter gigi spesialis memang memiliki tantangan yang berat. Beban kerja yang besar dalam pelayanan di rumah sakit vertikal, kelelahan, dan biaya pendidikan yang mahal tentunya meningkatkan risiko depresi pada calon dokter spesialis. Skrining Kesehatan Jiwa PPDS RS Vertikal Pendidikan yang dilakukan Kementerian Kesehatan melibatkan sampel 12.121 Peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis di 28 Rumah Sakit Vertikal milik Kementerian Kesehatan pada tanggal 21, 22, dan 24 Maret 2024.
Hasil skrining menunjukan ada sebanyak 2.716 (22,4%) residen mengalami gejala depresi. Gejala depresi terbanyak dialami oleh residen di RS Cipto Mangunkusumo (614), disusul dengan RS Hasan Sadikin (326) serta RS Sardjito (326). Hasil skrining juga menunjukkan lima prodi pendidikan spesialis terbanyak yang mengalami gejala depresi, yaitu Spesialis Ilmu Kesehatan Anak, Ilmu Penyakit Dalam, Anestesiologi, Neurologi, dan Obsetri dan Ginekologi. Gejala depresi yang dialami beragam mulai dari ringan hingga berat.
Total Sebanyak 2.716 (22,4%) residen yang mengikuti skrining ini mengalami gejala depresi, terdiri dari 1.977 depresi ringan, 486 depresi sedang, 178 depresi sedang-berat, dan 75 depresi berat. Gejala depresi yang sering dirasakan para PPDS dalam dua minggu terakhir, yaitu merasa lelah dan kurang bertenaga, gangguan tidur, murung dan putus asa hingga perasaan ingin melukai diri sendiri atau lebih baik mati.
[Sumber : Kemkes; Penulis, Editor : Messya Rachmani; Foto : Bakabar]
Posting Komentar untuk "Residen Penyakit Mulut Terbanyak Depresi"